UNU Kalsel dan Panggung Sandiwara

- Editor

Selasa, 15 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

(Penulis: M. Syarbani Haira)

Pada tahun 1970-an, nama Achmad Albar sangatlah popular di kalangan anak muda Nusantara. Rocker Indonesia kenamaan itu, di masa jayanya, merelease album bertema ‘Dunia Panggung Sandiwara.’

Album itu menjadi monumental, hit, dan digandrungi anak bangsa di negeri ini. Muncul di TV (saat itu satu-satunya TVRI), RRI, Radio Swasta, serta berbagai pertunjukan musik, kaset, piringan hitam, dan lain-lain, beramai-ramai menyetel suara rockers keturunan Arab Yaman tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat lagu itu direlease, saya masih sekolah di pesantren, saya dikirim oleh orang tua mondok di Kota Gudeg Yogyakarta. Meski lagu ini sudah hampir 50 tahun tapi lagu ini masih terngiang di telinga. Terlebih ketika saya ditipu oleh orang-orang yang mulanya berpura-pura baik dengan saya sejak lima tahun terakhir. Lagu ini mengingatkan di mana saya saat ketemu penipu yang pura-pura baik tersebut, tapi sesungguhnya hatinya jahat luar biasa.

Ceritanya, pada akhir masa kepemimpinan saya sebagai Ketua PWNU Kalimantan Selatan masa khidmat tahun 2007-2012 (periode pertama). Saya ditelpon teman kuliah dari Jakarta dan menyampaikan sedang berkunjung di Banjarmasin. Mengingat ini teman lama, saya langsung tancap gas, mendatangi tempat dia menginap di sebuah hotel berbintang. Dia mengenalkan pada saya seseorang yang memiliki jabatan rada bergengsi, Ketua HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia) Kalsel.

Kala itu saya rada terhipnotis. Karena selain menjadi Ketua HIPSI, ia juga mengaku pernah menjadi Ketua PMII saat kuliah di salah satu PTN di Banua. Tak hanya itu, dia bahkan mengaku sudah magister dari kampus terkemuka di Jawa Tengah.

Bayangkan, saya kala itu sedang sibuk-sibuknya menyiapkan pendirian Universitas NU Kalsel, (kini sudah berjalan lebih 10 tahun). Tanpa pikir panjang lagi, saya ajak dia menjadi pengurus PWNU Kalsel, setelah saya terpilih kembali dalam konferensi wilayah NU Kalsel Desember 2012. Masuknya dia dalam barisan pengurus wilayah NU memang banyak yang memprotes karena nama dia tidak dikenal di kalangan aktivis NU.

Tetapi saya tetap meyakinkan mereka yang memprotes, “Insya Allah berkah” kata saya. Walau sesungguhnya, komplain itu sangat beralasan. Misalnya, dia saat itu sedang menyekolahkan anaknya ke sekolah ‘tetangga,’ dan dilihat dari caranya shalat, pun kurang lazim ala Aswaja Banua.

Selama 5 tahun memimpin PWNU Kalsel masa khidmat 2012-2017 (periode kedua), berbagai hal dilakukan. Orang ini, sebagaimana awal bergabung, selalu tampil sebisa mungkin baik. Bahkan tanpa diminta pun memfasilitasi ruang kerja saya, dia menyediakan satu set kursi tamu. Ia juga kerap membawakan makanan kotak buat makan siang meski tanpa diminta. Namun perilaku itu jika dicermati lebih dalam, nampak karakter asli yang kadang terartikulas suka dibuat-buat, yang menunjukkan ada hajat pribadi dibalik kebaikan itu.

Baca Juga :  Mas Elon, Kita, dan Kaos Oblong

Singkat cerita, kepengurusan PWNU Kalsel masa khidmat 2012-2017 berhasil membuat karya monumental pendirian perguruan tinggi UNU Kalsel dengan membuka 10 program studi. Banyak orang tidak tahu bagaimana perjuangan berliku hingga akhirnya berhasil, pembuatan proposal pendirian perguruan tinggi UNU Kalsel sempat dibuat sampai 3 kali, karena ada perubahan regulasi. Tetapi semuanya dapat diselesaikan dan beres. Bayangkan satu proposal berkisar antara 100 hingga 150 halaman, dan harus menyiapkan 18 proposal. Kerja saya selama 2012 hingga 2013 harus selalu berhadapan komputer, tapi sayang, itu pula menyebabkan saya memilih leave dari kampus tempat saya bekerja, karena keseringan tidak masuk.

Hajat perguruan tinggi UNU Kalsel harus berdiri, saya bekerja keras, siang malam, dengan tenaga, waktu, pikiran, bahkan uang. Sayangnya, uang talangan saya tak pernah dipikirkan oleh pengelola UNU Kalsel, bahkan ada elite pengelola tak pernah tahu seluk beluk pendirian lembaga UNU Kalsel.

Seharusnya mereka sadar bahwa awal pendirian dan beroperasinya kampus UNU Kalsel tidak ada dana sama sekali. Ditambah kenyataan bahwa mahasiswa yang diterima di kampus UNU kalsel bebas SPP, bukan saja di tahun pertama tapi juga di tahun berikutnya, sementara operasional kampus harus tetap berjalan.

Pertanyaannya, pertama, siapa yang berkenan menalangi dana operasional kampus tersebut dan mengapa tidak digantikan dana talangan tersebut? Salah satu alasan yang sering saya dengar mengapa tidak digantikan dana talangan, adalah karena tak ada catatannya.

Kedua, pernahkah elite pengelola itu mencari catatan keuangan sejak UNU Kalsel berdiri, hingga saya memilih berhenti tahun 2020? Sepertinya itu tak muncul dalam benak mereka.

Ketiga, secara hukum Islam, apakah jika tak ada catatan, utang talangan itu tidak wajib dilunasi? Seharusnya, pertanyaan seperti itu didalami baik-baik.

Padahal pada pertengahan tahun 2022 dalam forum PWNU Kalsel, di depan para elite NU banua, saya pernah minta agar melakukan audit menyeluruh terhadap keuangan kampus. Tetapi nampaknya ada yang tidak berani audit itu dilakukan, karena takut akan terbongkar siapa saja mafianya.

Karena tidak mendapat respon, saya pun pernah berkirim surat ke pengurus PWNU tapi tak pernah mendapat jawaban kecuali hanya ocehan pinggiran.

Saat ini para pengelola kampus UNU Kalsel, yang saya dirikan, sudah bahagia menikmati hasil karya yang menguras tenaga dan biaya. Mereka bisa pergi ke mana-mana, entah dengan mobil yang harus di bayar carter atau bahkan menggunakan transportasi modern seperti pesawat.

Baca Juga :  Pemburu Haji Isam

Di sisi lain, hasil monitoring kawan-kawan, kala itu tahun 2022 segelintir orang melakukan gerilya, misalnya ada yang mendatangi Haji Abidin (sebelum beliau wafat), ada pula yang secara khusus mendatangi Sekjen PBNU di Pasuruan, serta ada pula yang menghadap Ketua Umum dan Rais ‘Am PBNU di Jakarta. Mereka membawa pesan atau gosip tanpa bukti bahwa saya lah pengambil keuangan kampus tersebut. Untuk menyakinkan para tokoh, mereka seolah membawa bukti catatan tunjangan saya setiap bulan sebesar Rp 2 juta, pembayaran talangan gaji para dosen, dan karyawan.

Saya sendiri sesungguhnya hampir tiap hari mengajar sejak 2015 hingga 2022, dan sama sekali tak pernah dibayar honor.

Harusnya jika memang benar ada fakta maka bukan dengan cara memfitnah, tetapi membuat aduan ke ranah hukum. Itu bisa dibuka.

Sementara orang yang tadinya mengaku sudah memiliki ijazah magister, sama sekali tak pernah memperlihatkan ijazahnya. Padahal ijazah itu sangatlah diperlukan, buat pengajuan ke Dikbud, kala itu.

Beberapa penikmat kampus UNU Kalsel kini bahkan sama sekali tidak pernah tahu sejarah perjuangan pendirian perguruan tinggi atau visi misi.

Awalnya saya sangat terganggu oleh perilaku buruk orang-orang tersebut. Bahkan saya pernah berniat membawa ke ranah hukum atas perbuatan mereka, karena mereka pernah memalsukan tanda tangan saya. Tetapi saya ingat pesan almarhum orang tua, bahwa tak semua persoalan di muka bumi ini dibawa ke aparat hukum, karena kadang malah bisa jadi tambah ruwet.

Saya ingat dokter Ined, Dosen Kedokteran Universitas Yarsi Jakarta, saat berkunjung ke Gedung Dakwah untuk pembinaan LKNU, dia pernah menyampaikan bahwa suatu saat nanti akan ketemu orang yang akan mengklaim karya anda.

Ternyata ungkapan dokter Ined itu benar dan tepat sekali, padahal itu diucapkan di tahun 2015, tak butuh waktu lama, hanya 7 tahun kemudian, saya pun diusir hingga sekarang dari UNU Kalsel. Rasanya ini mirip-mirip perampokan atau perampasan.

Saya sempat bingung menyikapi persoalan ini? Tetapi saya pun teringat lagu karya monumental Achmad Albar di atas, bahwa dunia ini hanya panggung sandiwara saja. Orang boleh saja seolah di dunia ini berhasil memperdaya pihak lain, tetapi di akhirat kelak tetap akan menderita, karena perbuatannya.

Berita Terkait

Kebenaran Harus Diperjuangkan
Daya Rusak Peristiwa OTT di Kalsel
Dozerisasi Pilkada Kalsel 2024
1 Juli 2024 NIK Berlaku Sebagai NPWP
Dua Anggota DPR RI Tantang Andi Rudi Latif di Pilkada Tanah Bumbu 2024
Percepatan Cashback dari Pajak
Pertanyaan Seputar NIK Jadi NPWP
Drama NU Banua
Berita ini 530 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 23 April 2025 - 14:03 WIB

Kebenaran Harus Diperjuangkan

Selasa, 15 April 2025 - 06:30 WIB

UNU Kalsel dan Panggung Sandiwara

Minggu, 13 Oktober 2024 - 12:48 WIB

Daya Rusak Peristiwa OTT di Kalsel

Jumat, 27 September 2024 - 18:38 WIB

Dozerisasi Pilkada Kalsel 2024

Selasa, 9 Juli 2024 - 11:37 WIB

1 Juli 2024 NIK Berlaku Sebagai NPWP

Berita Terbaru

Opini

Kebenaran Harus Diperjuangkan

Rabu, 23 Apr 2025 - 14:03 WIB

Nasional

Lepas 5 Jabatan Komisaris, Bambang Pilih Dekan ADB Institute

Senin, 21 Apr 2025 - 10:43 WIB

Nasional

Tolak Lobi, Mentan Proses Hukum Profesor Main Proyek Fiktif

Senin, 21 Apr 2025 - 09:43 WIB