TANAH BUMBU – Sekali layar terkembang, pantang untuk surut kembali, itulah yang sampaikan Bupati Zairullah dalam sambutan pada acara puncak Mappanre ri Tasie di pantai Pagatan yang menghadirkan forkopimda, tokoh, dan masyarakat Tanah Bumbu. Minggu (22/5/2022).
Zairullah Azhar menyampaikan bahwa event budaya maritim Mappanre ri Tasie merupakan budaya nenek moyang yang sebenarnya ingin mewariskan budaya kekohohan jiwa, keteguhan jiwa, dan pantang menyerah.
“Peringatan hari ulang tahun Tanah Bumbu ke-19, khususnya pesta Mappanre ri Tasie, bukan sekedar peringatan budaya biasa tapi ada nilai spesial yang ingin kita wariskan kepada anak cucu kita besok, yakni keteguhan, kekuatan, kekokohan, dan pantang menyerah. Sekali layar terkembang pantang surut kembali. Itulah motto yang diwariskan oleh nenek moyang kita dahulu.” Tebar Zairullah Azhar.
Sebelumnya, Bupati Tanah Bumbu ini mengajak semua yang hadir dalam acara puncak Mappanre ri Tasie membaca selawat badar dengan cara berdiri bersama-sama.
Pembacaan selawat badar menjadi ciri khas Kabupaten Tanah Bumbu semenjak ia terpilih menjadi Bupati Tanah Bumbu, dalam setiap kegiatan termasuk dalam event maritim Mappanre ri Tasie, ia mengawali acara dengan membaca selawat badar dengan harapan apa yang menjadi cita-cita dapat dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan mendapat syafaat dari Nabi Nabi Muhammad Saw.
“Mudah-mudahan Tanah Bumbu ini makin berkah, makin maju. Mereka-mereka yang sedang sakit mudah-mudahan sembuh, yang punya masalah mudah-mudahan mendapatkan jalan keluar, dan yang punya utang mudah-mudahan bias bayar.” Harap Zairullah Azhar.
Ia menjelaskan bahwa nenek moyang Pagatan yang berasal dari berbagai daerah datang ke Pagatan menyeberangi lautan, memberikan semangat untuk menghadapi tantangan untuk meraih cita-cita.
“Kita tahu nenek moyang kita datang dari jauh, dari mana-mana ke sini. Melewati laut yang luar biasa ganasnya. Menumpang perahu katir bahkan sampan, ada semangat juang tidak pernah putus asa menghadapi tantangan apapun dalam meraih cita-cita. itulah masyarakat Tanah bumbu yang luar biasa.” Terangnya.
Ia juga menyapaikan bahwa acara Mappante ri Tasie adalah ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah berikan kepada masyarakat Tanah Bumbu. Budaya nenek moyang Mappare ri Tasie harus tetap dipertahankan namun harus mentaati keyakinan dan petunjuk dari para guru-guru dan para ulama. (MAS)