TANAH BUMBU – Bupati Zairullah Azhar mengisahkan manfaat sifat jujur seorang pemuda yang akhirnya memiliki anak yang cerdas menjadi tokoh besar umat Islam, Imam Abu Hanifah, berkat kejujuran orang tuanya. Kamis, (7/10/2021).
Setelah sholat dhuha, baca Qur’an, dan tausiah, Bupati Zairullah mengisahkan buah dari kejujuran seorang pemuda. Karena kejujurannya, dia memperoleh istri cantik solehah dan keturunan anak sholeh, yang dikemudian hari menjadi tokoh besar di kalangan umat Islam bernama Iman Abu Hanifah.
Dikisahkan bahwa waktu itu ayah Imam Abu Hanifah, Tsabit bin Zawatha at-Taimi al-Kufi, berjalan di pinggir Kota Kufah, Irak. Ada sebuah sungai jernih kemudian Tsabit melihat apel hanyut terbawa arus air sungai. Dia ambil buah apel itu dan langsung memakannya. Setelah merasakan manis satu gigitan buah apel, Tsabit sadar bahwa buah apel tersebut pasti ada pemiliknya maka dia pun menyusuri sungai itu mencari pemilik apel dan minta agar apel tersebut dihalalkan.
Singkat cerita Tsabit menemukan pemilik pohon buah apel dan meminta izin agar buah apel yang telah dimakan satu gigitan itu dihalalkan baginya.
“Saya telah menggigit apelnya dan ini sisanya.” Kata Tsabit.
Pemilik kebun apel itu lama terdiam lalu bilang kepada Tsabit yang pada saat itu masih sangat muda.
“Tidak, saya tidak merelakanmu, nak.” Kata pemilik kebun apel.
Tsabit tersentak kaget mendengar permohonannnya tidak diterima oleh pemilik kebun itu.
“Saya tidak memaafkanmu, demi Allah, kecuali jika kamu memenuhi persyaratanku,” kata pemilik kebun menambahkan.
Syaratnya adalah Tsabit harus menikahi putrinya. Tapi pemilik kebun itu menyebutkan bahwa anaknya itu buta, tuli, bisu, lumpuh. Hanya itu pilihannya bila ingin apel yang sudah digigitnya menjadi halal. Karena sudah tidak ada pilihan lain maka Tsabit menerima tawaran itu dan menikahi anak tukang kebun apel.
Setelah akad nikah, malam harinya setelah sholat Isya, Tsabit menemui istrinya di dalam kamar. Hati Tsabit bergolak tidak menentu karena harus menikahi wanita cacat hanya gara-gara satu gigitan apel.
Tsabit masuk kamar dan ternya di dalam kamar ada seorang wanita cantik, bukan wanita cacat sebagimana cerita tukang kebun apel. Kaget bercampur penasaran, Tsabit memberanikan diri bertanya kepada wanita tersebut dan menyampaikan perihal istrinya yang buta, tuli, bisu, dan lumpuh.
Wanita cantik itu menjelaskan bahwa dirinya lah yang dimaksud ayahnya seorang wanita cacat; buta, tuli, bisu, dan lumpuh.
Tapi bukan buta secara lahiriah tapi buta karna matanya tidak pernah melihat sesuatu yang dimurkai Allah, tuli karna tidak pernah mendengar sesuatu yang dimurkai Allah, bisu dan lumpuh juga karna tidak pernah mendengar maupun melangkah ke tempat yang dimurkai Allah.
Akhirnya mereka hidup bahagia dan dikarunai anak yang cerdas dan pintar berkat kejujuran orang tuanya. Anak itu bernama Nu’man bin Tsabit bin Zawatha at-Taimi al-Kufi lebih dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah (nama kun-yah atau nama panggilan). Salah satu Imam mazhab umat Islam.
Sifat jujur menjadi sesuatu yang sangat mahal di zaman sekarang, Zairullah memberikan semangat kepada pegawai di lingkungan Kantor Bupati Tanah Bumbu untuk tetap bersikap jujur maupun bersyukur karena masih bisa berbuat dan diberikan kesempatan untuk dapat menolong orang lain.
“Ini kisah cukup menarik buat kita, karena kejujuran hari-hari ini sesuatu yang sangat mahal. Apabila kejujuran kita lakukan maka itulah pakaian, insya Allah, menjadikan kita (sebagai) pelaksana tugas (pegawai) yang insya Allah akan diberikan keberkahan, kemuliaan. Kita bersyukur di tengah suasana seperti ini dengan kehidupan susah dan sulit seperti ini, kita masih punya kesempatan untuk berbuat, saling membantu, dan menolong orang lain.” Kata Zairullah Azhar. (MAS)