TANAH BUMBU – Tujuh golongan orang yang akan mendapatkan pertolongan (naungan) saat tidak ada pertolongan kecuali dengan amal baik manusia, dibahas oleh Guru Hidayatullah usai melaksanakan sholat shuha, baca qur’an dilanjutkan dengan zikir di Kantor Bupati Tanah Bumbu. Senin (24/1/2022).
Ada tujuh kelompok manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari kiamat di mana pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah SWT. Ke tujuh kelompok manusia itu adalah yang pertama pemimpin yang adil, kedua pemuda yang tumbuh hingga dewasa selalu beribadah kepada Allah SWT, ketiga seseorang yang terpaut hatinya ingin selalu ke masjid.
Mendalami makna ‘orang yang terpaut hatinya, ingin selalu ke masjid,’ Guru Hidayatullah menceritakan peristiwa perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah Muhammad Saw, dari Mekkah ke Palestina, kemudian dari masjidil haram ke masjidil aqsho, dan dari masjidil aqsho menuju alam yang lebih tinggi, alam yang tidak pernah didatangi oleh manusia mana pun. Nabi naik ke langit pertama, sampai langit ke tujuh, kemudian sampai ke suatu tempat yang disebut sidratul muntaha, yang digambarkan suatu tempat yang penuh dengan keindahan.
Pada saat Nabi Muhammad mau naik ke sidratul muntaha, Jibril berpamitan kepada Rasulullah untuk tidak berangkat bersamanya ke sidratul muntaha, karena faktor kedudukan Rasulullah sebagai nabi dan rasul. Sedangkan Jibril adalah malaikat Allah. Maka berangkatlah Rasulullah Muhammad menuju sidratul muntaha untuk bertemu dengan Allah, zat berhadapan dengan zat.
Pada langit yang lebih tinggi, di atas langit di mana Jibril tidak dapat menembusnya. Rasulullah Muhammad melihat sekelompok orang yang kedudukannya lebih tinggi dari Jibril. Maka Rasulullah bertanya ‘siapa kalian’. Mereka menjawab ‘kami adalah manusia yang saat berada di dunia hati kami selalu ingin ke masjid.’ Itulah tempat yang tinggi bagi orang yang selalu ingin ke masjid.
Selanjutnya kelompok keempat yang akan mendapatkan naungan pada saat tidak ada naungan selain dari Allah adalah dua orang yang saling mencintai karna Allah, berkumpul karena Allah, dan berpisah karena Allah.
“Jadi kalau punya teman baik, rangkul jangan lapas, (dalam syair arab disebutkan) jika ingin tahu seseorang, jangan bertanya kepada orangnya langsung tapi bertanyalah kepada teman-temannya, karena sesungguhnya teman yang ditemani adalah kurang lebih sama perilakunya.” Kata Guru Hidayatullah.
Jika seseorang itu berteman pada orang yang suka berselawat maka tentu orang itu juga suka berselawat, katanya, tapi bila berteman dengan orang yang suka ‘melem pox,’ berarti kurang lebih sama perilakunya.
Guru Hidayatullah memberikan contoh jika ingin mengenal Sekretaris Dearah Kabupaten Tanah Bumbu Ambo Sakka, maka kenalilah siapa kawannya.
“Kayapa gerang Pak Sekda itu jar?. ai lihati kawan sidin. Oh kawannya Pak Zairullah Azhar katuju bezikir, baarti Pak Sekda pasti bezikir jua. Mau kada mau tu. Hehe.” Katanya.
“Kayapa gerang kelakuan Haji Syamsuddin nang BPKAD itu, lihati siapa kakawanannya. Oh kakawanannya Husin. wayahini Husin penyembahyang dah.” Kata Guru Hidayatullah menatap ke arah Bupati Zairullah yang berada di shaf terdepan. disambut tawa para jamaah.
Guru Hidayatullah juga bercerita bagaimana Husin ketika berada di Jakarta, kota metropolitan, saat itu Guru Hidayatullah melihat Husin lewat. Kemudian Guru Hidayatullah memanggil.
“Husin, sini” kata Guru Hidayatullah.
“Hadang dulu guru ae” kata Husin.
“Ai kanapa,” kata Guru Hidayatullah.
“Balum sembahyang magrib,” kata Husin. Jamaah kembali tertawa.
“Alhamdulillah (Husin) ada perubahan yang signifikan,” kata Guru Hidayatullah, jamaah kembali tertawa, mendengar Husin ada perubahan.
Sampai pada penjelasan keempat, golongan orang yang mendapatkan naungan di mana tidak naungan kecuali dari Allah, Guru Hidayatullah mengakhiri tausiahnya dan mendoakan agar Kabupaten Tanah Bumbu semakin diberkahi, semakin dirahmati, dan diampuni Allah. Dan mendo’akan Bupati Tanah Bumbu Zairullah Azhar diberikan kesehatan, diangkat dari segala penyakit zahir batin. (MAS)