TANAH BUMBU – Kemajuan wisata Pulau Burung semakin mempesona, fasilitas resort membuat pulau ini sayang bila tidak dikunjungi bersama keluarga dan kolega.
Pulau Burung banyak menyimpan keunikan, mulai dari namanya, letaknya di pulau kecil, keunikan pojok selfie dan fasilitas penginapan resort yang dimiliki.
Posisinya yang tidak jauh dari pusat Kota Batulicin, hanya butuh waktu 15 menit menggunakan kapal kecil dari pelabuhan speed boat, wisatawan dapat menjangkau dengan mudah.
Pemerintah Desa Pulau Burung mengembangkan potensi wisata mulai dari konservasi hutan, tanaman buah-buahan, gazebo di atas air laut, aula, spot selfie, dan mengelilingi Pulau Burung melalui jalan setapak.
Kepala Desa mengembangkan potensi wisata pulau ini dengan menggunakan anggaran desa lebih besar kepada sektor wisata selain biaya-biaya rutin seperti gaji perangkat pemerintah desa. Pembangunan fasilitas wisata juga terbantu dari perusahaan yang mengeluarkan dana CSR (tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat) dan pihak-pihak yang punya kepedulian terhadap wisata Pulau Burung.
“Makanya kita bisa melihat pembangunan yang ada di Pulau Burung saat ini, bangun tempat resort, semacam home stay di atas air.” Kata Hamaluddin Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporpar). Jum’at (4/2/2022).
Keberadaan resort membuat Hamaluddin semakin yakin bahwa wisata di Pulau Burung akan terus berkembang pesat. Dulu banyak orang berkunjung ke tempat itu tapi tidak bisa bermalam. Namun dengan adanya resort-resort itu, akan membuat pengunjung menginap dan menikmati keindahan alam di saat matahari akan tenggelam, suasana malam, dan bisa menikmati matahari pagi di atas air laut.
Daya tarik Pulau Burung sudah teruji, salah satu artis ibu kota Jakarta Baim wong, suami dari Paula Verhoeven, juga sudah pernah mengunjungi Pulau Burung ini.
Satu lagi inovasi yang dibuat oleh pemerintah desa yaitu masyarakat yang tinggal di Pulau Burung memproduksi kerajinan kain sasirangan khas Tanah Bumbu, ini memang berbeda dengan kain tenun Pagatan, masyarakat Pulau Burung memproses kain sasirangan kurang lebih sama dengan pembuatan kain sasirangan di Kota Banjarmasin.
“Bedanya kalau di Pagatan produksi kain tenun, tapi kalau di Pulau Burung itu kain sasirangan yang dicelupkan, kurang lebih sama dengan pembuatan kain sasirangan di Banjarmasin. Tandanya.
Hamaluddin melihat masih ada potensi lain yang bisa dimanfaatkan, yaitu transportasi mengelilingi Pulau Sewangi dan Pulau Burung menggunakan speed boat, ini sangat potensial untuk digali lagi, cukup bayar Rp. 300.000 rupiah sudah bisa mengeliling pulau dua pulau dan menikmati pemandangan lautnya, katanya menceritakan pengalamannya. (MAS)