TANAH BUMBU – Habib Musthofa menjelaskan siapa yang dimaksud orang baik, dalam majelis pengajian Lailatul Jum’at di Masjid Darul Azhar Desa Batulicin, Kamis malam (10/3/2023).
Habib musthofa dari Martapura menyebutkan dalam riwayat, sahabat nabi bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, siapkah orang baik itu. Nabi menjawab:
“Kalau kau pandang dirinya, ia mengingatkanmu kepada Allah SWT,” kata Habib Musthofa menirukan sabda Nabi Muhammad Saw.
Ia menjelaskan yang dimaksud “ia mengingatkanmu kepada Allah SWT,” adalah orang-orang shaleh atau suatu kaum kalau seseorang duduk dalam majelis mereka, maka seseorang yang masuk dalam majelis itu tidak akan pernah celaka dunia dan akhirat.
Al-Ibarahim al-Hawash pernah mengatakan salah satu obat hati adalah duduk dalam majelis bersama orang shaleh. Itulah kemuliaan orang-orang shaleh, kata Habib Musthofa.
Oleh karena itu, Habib Musthofa, mengajak jmaah menghormati dan sayangi ulama karena ulama adalah pewaris para nabi.
Bahkan Nabi Muhammad Saw bersabda “Siapa yang memuliakan mereka (ulama) maka orang itu memuliakanku, Kata Nabi Muhammad. Dan siapa memuliakan aku (Muhammad) maka dia memuliakan Allah” terang Habib Musthofa.
Ia menyebutkan, mengenal orang shalih sangat mudah, ia menyampaikan melihat apa yang dilakukan sehari-hari, diantara sifat orang shalih adalah bangun tahajjut di malam hari dan memuliakan tamu.
Imam Abu Yazid al-Bustami pernah mengatakan, jika ingin melihat orang itu shaleh atau tidak maka lihatlah apa yang dilakukan sehari hari.
“Jika bangun tengah malam, itu sholeh, wali,” ucap Habib Musthafa Bin Sholeh al-Haddar
Ia juga mencontohkan keshalehan Abah Guru sekumpul, setiap malam menangis mendoakan ummat. Walaupun beliau tidak mengenal jamaahnya ia tetap mendoakan semua orang. Ditambah lagi Guru Sekumpul itu dermawan. Menginfakkan sebagian harganya di jalan Allah, dan ketika ada tamu datangi rumahnya, Guru Sekumpul selalu menjamu para tamunya. Itulah ciri-cirili orang shaleh sangat menghormati tamunya.
Contoh lain pada kisah putri Rasulullah, Fatimah Az-zahrah, menjamu tamunya dengan baik meski oranh itu orang miskin. Fatimah rela memberikan kain yang sangat indah dari ayahnya dan diberikan kepada tamunya, orang miskin. Padahal kain yang indah itu rencananya akan digunakan pada saat hari perkawinan dengan Sayyidina Ali.
Kakek Rasulullah bernama Kinan bin Khuzaimah juga memiliki sifat yang sama memuliakan tamu. Diceritakan, Kinan bin Khuzaimah tidak mau makan jika tidak makan bersamam tamu.
Habib Musthofa menjelaskan kemuliaan tamu itu disebutkan, bekas kaki seorang tamu itu memiliki keberkahaan dan tidak akan habis keberkahan itu sampai kiamat. Jika tamu duduk di suatu tempat, maka tempat itu melekat keberkahannya dan tidak mau habis-habis.
Habib Husin Assegaf, di Gresik Jawa Timur, seorang yang shaleh, juga punya sifat shaleh, ia tidak membolehkan tamunya pulang sebelum makan di rumah Habib Husin.
Diakhir tausiah Habib Musthofa, ia berpesan untuk memanfaatkan bulan Sya’ban melakukan evaluasi diri, mengokohkan hubungan dengan Allah dan rasul-Nya, dan berdoa dipanjangkan umur sampai pada bulan Ramadhan.
“Berkahi kami di bulan sya’ban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat,” pungkasnya. (MAS)