BANJARBARU, Goodnews.co.id – Baayun Maulid saat memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw, tanggal 12 Rabiul Awal, merupakan budaya dan tradisi masyarakat Kalimantan Selatan.
Pemerintah Provinsi Kalsel melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Lambung Mangkurat menyelenggarakan tradisi adat khas Kalsel yaitu Baayun Maulid. Kamis (5/10/2023).
Tradisi Baayun Maulid adalah tradisi khas masyarakat Banjar Kalsel dengan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair maulid.
Sebanyak 208 peserta dari berbagai usia, mulai bayi, anak, dewasa hingga lansia berumur 70 tahun pun mengikuti tradisi Baayun Maulid.
Dalam sambutannya, Gubernur Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor atau Paman Birin melalui Husnul Khotimah, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan SDM, mengajak kembali menyegarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT melalui peringatan maulid.
“Dengan peringatan maulid, kita segarkan kembali keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta perenungan kita akan sejarah perjuangan Rasulullah SAW,” ucapnya.
Paman Birin juga mengajak untuk menggelorakan syiar dan dakwah Islam ke seluruh penjuru daerah.
“Peringatan maulid yang disertai proses Baayun Maulid merupakan salah satu bentuk kegiatan maulid yang perlu kita pelihara dan dilestarikan keberadaannya,” ucapnya
Paman Birin, berpesan agar jangan sampai tradisi ini kehilangan makna, terutama makna kecintaan dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Pada peringatan maulid ini juga diisi dengan tausyiah yang disampaikan oleh Tuan Guru Supian Al-Banjari, dalam tausyiahnya, beliau secara singkat menyampaikan sejarah singkat orang tua serta proses kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sementara Kepala UPTD Museum Lambung Mangkurat, Taufik Akbar, mengatakan ada peningkatan peserta dibandingkan baayun maulid tahun 2022 lalu.
“Sebelumnya peserta hanya 150 namun kali ini sebanyak 208, kegiatan ini merupakan agenda rutin di Museum Lambung Mangkurat,” ucapnya.
Ia juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Paman Birin atas terselenggaranya kegiatan rutin ini.
Tradisi baayun ini dilaksanakan oleh masyarakat Banjar sejak dulu, dengan tujuan memohon keselamatan untuk mereka dan anak-anak mereka. (A)