TANAH BUMBU – Guru Mulyadi menyampaikan tausiah di pengajian malam Jum’at di masjid Darul Azhar Desa Bersujud membahas keutamaan tawaddu, dihadiri Sekretaris Daerah Ambo Sakka, habaib, guru, dan masyarakat Tanah Bumbu, Kamis (23/2/2023).
Ia mengisahkan, iblis adalah malaikat paling utama diantara penduduk syurga, tetapi karena kesombongannya, iblis harus diusir dari syurga karena merasa lebih mulia dari Nabi Adam.
Hati-hati dengan harta yang didapatkan katanya, karena itu dapat menyebabkan seseorang menjadi sombong, sifat yang dapat merusak amal ibadah dan menjerumuskan ke dalam neraka. Tawaddu itu bahasa umumnya merendahkan perasaan.
“Jadi kalau sombong itu sifat mazmumah (sifat yang tercela) itu kita buang jauh-jauh. Kenapa, karena itu merusak amal ibadah kita dan bisa menjerumuskan kita ke dalam neraka,” ucapnya.
Sebaliknya, Nabi Muhammad Saw menganjurkan untuk merendahkan diri, baik itu terhadap Allah, Rasulullah, orang tua, atau sesama muslim.
Abu Hurairah berkata ketika seorang berjalan tegak dengan perhiasan yang dia miliki kemudian dia menyombongkan diri, berlagak dalam jalan, tiba-tiba Allah menenggelamkan ke dalam tanah, masuk dan keluar perut bumi ini hingga kiamat. Tidak dapat masuk dalam tanah dan tidak dapat pula keluar dari tanah.
Guru Mulyadi menceritakan hal itu mengarah kepada sifat sombong fir’aun. Seorang raja diraja yang yang sombong hingga Allah murka dan menenggelamkan ke dasar laut karena kesombongannya.
Sombong itu sangat berbahaya katanya, merasa lebih alim, merasa lebih dari orang lain. Orang sombong bisa jadi karena kekayaannya, ia merasa lebih enak, lebih hebat karena kekayaannya.
“Maka hati-hati kalau diambil Allah hartanya,” ucapnya.
Allah bisa saja mengambil hartanya lewat peristiwa banjir, gempa bumi, sakit, terbakar, bangkrut, yang bisa mengembalikan seorang yang kaya raya menjadi buruh kecil. Ia mengingatkan bahwa iblis itu asal usulnya malaikat yang paling mulia tapi karena kesombongannya ia dikeluarkan dari syurga.
“Kalau manusia bersifat seperti itu, lupa kepada Allah, lupa kepada fakir miskin. Hati-hati, hartanya bisa habis dengan cobaan yang Allah berikan seperti sakit, masuk kubur disiksa,” terangnya.
Sehingga apapun yang Allah berikan kepada manusia itu merupakan anugerah bukan sebagai bahan kesombongan.
Ia menjelaskan jika manusia itu tawaddu kepada Allah maka Allah akan mengangkat derajat manusia. Tapi kalau seseorang itu minta dihargai, minta dimuliakan, minta dihormati. Hati-hati katanya, karena Allah bisa menghinakan seseorang itu meski seluruh manusia yang ada disekelilingnya memujinya. (MAS)