TANAH BUMBU, Goodnews.co.id – Di balik keindahan landscape pesisir Desa Sungai Loban kini menghadapi ancaman abrasi kian parah di beberapa titik.
Untuk mengantisipasi dampak lebih besar terhadap ancaman abrasi, Kelompok 7 KKN Tematik FPIK Universitas Lambung Mangkurat melakukan sosialisasi tentang mitigasi abrasi dan sedimentasi kepada masyarakat yang terdampak dan aparat desa.
Kegiatan tersebut dilakukan pada Senin, 28 Juli 2025 pukul 10.00 WITA fokus pada wilayah terdampak pada RT 1 dan RT 2 Desa Sungai Loban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Mahasiswa KKN Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) memperlihatkan bagaimana abrasi menggerus garis pantai secara signifikan dan sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan akibat pengendapan material terlarut yang dapat menghambat kembalinya kapal dari laut menuju ke muara. Penjelasan tersebut diperkuat dengan peta perubahan garis pantai.
Dalam sesi diskusi, Ketua Kelompok 7 KKN FPIK ULM Abun Nata Surya mengungkapkan bahwa sebelumnya pernah dilakukan penanaman jalur hijau berupa pohon cemara dan mangrove sebagai bentuk pencegahan alami. Namun, langkah ini belum cukup menahan laju abrasi yang terus terjadi terkhususnya pada tanaman mangrove karena tipe tanah tidak cocok dengan tanaman mangrove yang biasanya tumbuh di substrat lumpur berpasir. Hingga saat ini, belum ada upaya antisipasi skala besar yang dilakukan secara terstruktur.
Melalui kegiatan ini, Kelompok 7 KKN Tematik FPIK ULM memberikan edukasi tentang opsi mitigasi lainnya, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur pemecah ombak (breakwater).
Ide ini disambut baik, namun menghadapi tantangan biaya dan waktu pembangunan menjadi bahan pertimbangan bagi aparat desa dan masyarakat.
Disisi lain warga Desa Sungai Loban juga sudah pernah melakukan antisipasi terhadap masalah abrasi di pesisir dengan membuat alat pemecah ombak (APO) dengan bahan bambu dan ban yang disebut sebagai pemecah gelombang ambang rendah (PEGAR) tipe lunak dan juga bronjong yang terbuat dari bebatuan yang ditumpuk, namun tidak efektif karena arus gelombang terlalu kuat.
Abun Nata Surya mengatakan bahwa Pantai Desa Sungai Loban perlu mendapat perhatian lebih, karena jika tidak ditangani dengan serius, abrasi dalam beberapa tahun ke depan akan terus menggerus lahan dan mengancam ruang hidup masyarakat pesisir khususnya dibidang ekowisata, Minggu (10/8/2025).
Ekowisata yang tidak dikelola membuat perputaran ekonomi masyarakat sekitar tidak berjalan lancar.
Warga dan aparat desa antusias terhadap kegiatan ini menjadi harapan baru. Edukasi tentang abrasi tidak hanya membuka wawasan, tetapi juga memantik diskusi aktif mengenai solusi jangka panjang.
Kelompok 7 KKN Tematik FPIK Abun Nata Surya berharap, kegiatan seperti ini bisa menjadi agenda berkelanjutan bagi program KKN di tahun-tahun mendatang, mengingat dinamika garis pantai sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi seperti angin, gelombang, arus, dan pasang surut. (MAS)