JAKARTA, Goodnews.co.id – Sebanyak 14 Pimpinan Perusahaan meraih Proper Green Leadership. Enam diantaranya Green Leadership Utama dan delapan lainnya Green Leadership Madya.
Enam pimpinan perusahaan yang mendapatkan Green Leadership Utama diantaranya Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri, CEO PT Alamtri Resources Indonesia Tbk Garibaldi Thohir, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi, Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Imran Hidayat, Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Donny Arsal, dan Direktur Utama PT Austindo Nusantara Jaya Lucas Kurniawan.
Delapan Pimpinan Perusahaan yang mendapatkan Green Leadership Madya yakni Febriany Eddy Direktur Utama PT Vale Indonesia Tak, Karyanto Sustainable Development Director Danone Indonesia, Kanishk Laroya Presiden Direktur PT ESSA Chemical Indonesia, Rosa Permata Sari Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Gas Negara, Achmad Khoiruddin Presiden Direktur PT Badak NGL, Edwin Nugraha Putra Direktur Utama PT PLN Indonesia Power, Budi Wahju Soesilo Direktur Utama PT Pupuk Kaltim, dan Asri Muchtar Direktur Utama PT Solusi Bansun Indonesia Tbk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Rasio Ridho Sani, melaporkan, terdapat 14 Pimpinan Perusahaan yang meraih Green Leadership dalam Anugerah Lingkungan Proper tahun 2024.
Rasio Ridho Sani mencatat kinerja inovasi perusahaan dalam hal instrumen kepatuhan lingkungan mengalami peningkatan di tahun 2024. Peningkatan jumlah proper itu meningkat 21,68% menjadi 4.495 perusahaan, dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3.694 perusahaan.
“Hasil evaluasi kinerja perusahaan sebanyak 2.961 taat, 1.329 perusahaan tidak taat. 205 perusahaan belum diumumkan karena dalam proses penegakan hukum atau belum beroperasi,” terang Rasio Ridho dalam acara Anugerah Lingkungan PROPER di Jakarta, Senin (24/2/2025).
Dalam sambutan acara ini, Rasio Ridho Sani mengatakan, anugerah lingkungan proper tahun 2024 ini dibeberkan ada 14 pimpinan perus penerima green leaderhip. Kemudian, 6 orang penerima utama dan 8 orang peraih green leader madya.
Selanjutnya, 85 Pimpinan Perusahaan Proper emas dan 227 Pimpinan Perusahaan yang mendapatkan proper hijau.
“Demikian yang kami laporkan dan selanjutnya mohon pak menteri beri penghargaan green leadership dan PROPER emas dan anugerah PROPER 2024,” jelas Rasio Ridho.
Kepedulian terhadap lingkungan hidup menjadi topik utama dalam diskusi global, dan peran kepemimpinan dalam mendorong keberlanjutan menjadi semakin penting. Hal itu memunculkan istilah green leadership.
Green leadership bukan sebatas tren. Itu merupakan perubahan mendasar menuju masa depan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab. Ketika dampak kerusakan lingkungan semakin nyata, para pemimpin harus lebih proaktif mencari cara untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan berkontribusi untuk mewujudkan bumi yang lebih sehat.
Mengutip situs Indonesia.go.id pada Selasa (23/4/2024), green leadership adalah kemampuan dari seorang individu pemimpin dalam menentukan kebijakan yang pro lingkungan dan dapat memengaruhi serta memobilisasi individu lain dalam organisasi untuk mendukung kebijakan pro lingkungan tersebut.
Di Indonesia, green leadership terbentuk dari pemikiran bahwa masalah sumber daya alam dan lingkungan hidup serta kehutanan Indonesia sangat kompleks dan memerlukan perhatian semua elemen bangsa, termasuk generasi muda. Indonesia membutuhkan generasi penerus sebagai pengelola lingkungan hidup dan kehutanan yang dibekali pendidikan, pengetahuan, dan leadership.
“Mereka adalah awal dari potensi untuk membangun dan menjaga lingkungan hidup, sebagai generasi muda yang mencintai Indonesia,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, dalam keterangan resmi, Senin (24/5/2021).
Sebagai negara yang sedang menikmati bonus demografi, Indonesia memiliki banyak jumlah anak muda potensial penggerak perubahan. Siti mengatakan, generasi muda dapat terlibat langsung dalam aksi nyata upaya pelestarian lingkungan, seperti peran dalam pengelolaan sampah dan limbah, menjadi ecopreneur, menerapkan konsep sirkular ekonomi, serta dapat mendorong upaya pengelolaan sampah dan limbah berkelanjutan.
Indonesia memiliki Program Green Leadership yang diinisiasi oleh Institut Hijau Indonesia, serta didukung oleh Walhi, KNTI, dan HUMA. Program ini ingin menjaring calon pemimpin yang berasal dari beragam latar belakang agar semua segmen dalam masyarakat memiliki calon pemimpin yang punya perspektif green dan keberpihakan nyata bagi penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup.
Founder Green Leadership Indonesia sekaligus Ketua Institut Hijau Indonesia, Chalid Muhammad, menyampaikan, kegiatan Green Leadership Indonesia merupakan satu proses yang panjang bagi para leader, karena mereka belajar bersungguh-sungguh selama enam bulan mulai dari membangun karakter individunya, berbagai keterampilan, wawasan, kemudian mereka juga mencoba melakukan analisis hal-hal yang substantif dan struktural mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional.
“Saya berpesan kepada para leaders bahwa hari ini anda di wisuda, tugas berat menanti di depan. Anda adalah para leaders, saat ini sedang mengikuti proses pendidikan, tetapi setelah pulang, anda akan jadi pemimpin dimanapun anda berada, apapun profesi yang anda tekuni, lakukan sepenuh hati karena masa depan Indonesia ada pada anda semua,” ujarnya dalam acara wisuda GLI angkatan ketiga pada Senin (4/3/2024).
Dalam acara Festival Pengendalian Lingkungan Hidup 2024 yang diselenggarakan pada Selasa (23/4/2024), Siti Nurbaya, menyebutkan, belajar mengenai isu lingkungan bukan hanya tugas kementerian atau pemerintah saja, namun semua lapisan.
“Mengapa isu lingkungan penting untuk dipelajari, karena banyak titik belok yang dilakukan bersama dalam rangka memperbaiki atau dalam perbaikan menemukan cara baru untuk menyelesaikan masalah. Ini semua tidak bisa dilakukan oleh KLHK saja tanpa dukungan dari segala multi-stakeholders,” ujarnya.
Siti juga berpesan kepada seluruh jajarannya agar terus menjadi organisasi pembelajaran yang memiliki karakteristik seperti ilmu pengetahuan, inovasi, refleksi diri, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
“Sebagai organisasi pembelajaran, harus terus mampu menjaga keberlanjutan, untuk menghadapi tantangan masa depan, seperti kebakaran hutan, dan sebagainya,” ungkapnya.
Ia mewajibkan kepada seluruh jajaran kementerian untuk tidak ada disfungsi program kerja. Ke depan, seluruh jajaran birokrasi harus sesuai fungsinya yaitu melaksanakan keberlanjutan.
Dalam kesempatan itu, Siti juga memberikan beberapa catatan yang harus diperhatikan. Menurutnya masih ada pekerjaan rumah besar terkait dengan kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah.
“Desentralisasinya menurut saya kurang kenceng-kenceng banget. Sebetulnya regulasinya udah ada, tapi kita perlu kencengin lagi. Kenapa? Karena kita pahami bersama, bahwa persoalan urusan lingkungan itu dampak eksternalitasnya justru ada di bawah, di kabupaten kota dan di masyarakat. Maka seluruh instrumen yang memungkinkan, justru perlu dioptimalkan,” jelasnya.
Selain itu, Siti juga menggarisbawahi soal longterm knowledge. Ia mengatakan, pengetahuan kita tidak boleh berhenti dan harus berkelanjutan. Terakhir adalah soal penerapan green leadership di segala strata pembinaan dan di segala elemen masyarakat.
Dalam acara wisuda GLI angkatan dua, Siti menjelaskan prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam green leadership.
Prinsip-prinsip tersebut yakni, pertama, tidak berpikir untuk sendiri (selflessness), kepentingan publik dan tidak berbuat dalam rangka memperoleh keuntungan material untuk dirinya sendiri, keluarga, atau teman-temannya.
Kedua, integritas (integrity) tidak terikat pada ikatan diluar kantor dalam bentuk ikatan finansial maupun kewajiban lainnya yang dapat mempengaruhi didalam menjalankan kewajibannya.
Ketiga, obyektif (objectivity) dalam melaksanakan urusan publik termasuk dalam hal perjanjian publik, kontrak kerja dengan berbagai pihak, serta dalam merekomendasikan untuk penghargaan dan hukuman harus berdasarkan sistem merit.
Keempat, akuntabel (accountability) dalam keputusannya serta langkah-langkah di lapangan dan kesiapan dalam menerima pendalaman, pemeriksaan, ataupun gugatan publik.
Kelima, openness yaitu terbuka sedapat-dapatnya tentang semua keputusan-keputusan dan langkah-langkah yang diambil beserta alasan-alasannya dalam memutuskan. Menjaga informasi hanya dalam situasi dimana masyarakat luas menghendaki dengan permintaan dan pertimbangan yang jelas..
Keenam, honesty yaitu pegawai harus jujur menyampaikan kepentingannya terkait dengan kewajiban publik dan dalam mengambil langkah penyelesaian konflik dengan selalu melindungi kepentingan publik.
Ketujuh, leadership yaitu perlunya kepemimpinan untuk selalu mendorong keenam prinsip tersebut dengan contoh-contoh keteladanan. (E)